f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
positif

Lagi-Lagi Positif Covid-19, Jangan Panik!

“Bu, Aku positif Covid lagi,” ucap Paksu (Paksu) lirih kepada saya.

Duaar, saya merasa seperti tersambar gledek di siang hari. Okay baiklah, saya mencoba menenangkan diri dulu, mengatur napas, dan istighfar. Padahal, Paksu belum lama ini sudah pernah terkonfirmasi positif koronaKoq ya, lagi-lagi terkena si virus bandel ini.

Era pandemi Covid saat ini, kata-kata “Positif” menjadi momok yang menakutkan. Apalagi sampai 2x positif dan sebelumnya sudah 2x vaksinasi Covid-19. Ibarat kata sudah jatuh tertimpa tangga, lalu kerobohan genteng pula, fiiiuuhh.

Ketar-ketir perasaan ini setiap harinya. Pandemi di Indonesia semakin tidak terkendali, bahkan salah satu media daring menyatakan Indonesia sebagai episenter Covid-19 di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan per 16 Juli 2021 menunjukkan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia menjadi 2..832.755 dengan penambahan kasus konfirmasi 51.952 kasus, sembuh 27.903, dan meninggal 1.092.

Masih terngiang di ingatan saya, ketika keluarga besar kami menjadi klaster keluarga, dan bapak menjadi korban jiwa, dimakamkan dengan protokol kesehatan Covid-19 pada 27 November 2020. Namun, alhamdulillah reinfeksi Paksu kali ini tidak terjadi klaster keluarga lagi, hasil PCR Test saya dan anak-anak negatif. Amit-amit, jangan lagi-lagi deh klaster keluarga.

Mengambil hikmah dari Covid kedua kalinya Paksu, beberapa hal yang dapat saya bagi mencegah kepanikan yang berlebihan.

Intropeksi Diri

Menurut Dr. dr. Tonang Dwi Ardyanto., Sp.PK dari laman media sosial Facebooknya, Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS, reinfeksi atau terkonfirmasi positif Covid-19 lebih dari 1x, terjadi karena paparan virus dalam jumlah tinggi dan berulang dalam kondisi kelelahan. Apalagi Badan Kesehatan Dunia, WHO, pada 9 Juli 2020 juga sudah merilis bahwa virus kopit ini dapat menyebar melalui udara yang bercampur dengan droplet/tetesan liur (airborne transmission). Maka, potensi penularan yang sangat besar dapat terjadi di ruangan tertutup yang tidak baik ventilasi dan sirkulasi udaranya, seperti ruangan ber-AC.

Baca Juga  Protokol MOS Anak di Era New Normal

Paksu kemungkinan besar tertular di kantornya. Terlebih lagi, selama kejadian wabah mendunia ini, Paksu kudu masuk kerja setiap harinya, kecuali hari libur.

Pasrah pake banget deh, Paksu menerima kondisi ini. Ketauan positif lagi, setelah kantornya Paksu melakukan PCR Test kepada para pegawainya. Testing Covid-19 yang dilakukan merupakan upaya kantor Paksu melakukan 3T (Tracing, Testing, and Treating) karena terjadi klaster perkantoran di unit kerjanya.

.

Jika dipikir-pikir, “kewajiban” bekerja dari kantor setiap hari di masa pandemi ini, tingkat sensitivitas dan kepedulian pimpinan organisasi kepada bawahan sedang diuji untuk menentukan kebijakan yang baik untuk unit kerjanya maupun kesehatan pegawainya.

Intropeksi diri dengan menilai risiko, apakah memang harus Work From Office (WFO) setiap hari atau memang rutinitas pekerjaan di rumah dengan konsep piket WFO-WFH (Work From Home), sesuai dengan aturan pemerintah di masa PPKM ini? Jika mengharuskan masuk kerja, apakah instansi sudah melakukan upaya pencegahan dan pengendalian dari si virus Kopit ini seperti menyediakan masker terstandardisasi, asupan vitamin, dan makanan penambah daya tahan tubuh bagi karyawannya. Atau bahkan, melakukan testing Covid-19 secara rutin, setidaknya 1-2 minggu sekali.

Teringat chatingan dengan teman di WA, “Mak, kantor gw rutin loh, Swab Antigen 2 hari sekali. Tapi, masih aja kecolongan, ada aja yang positif”. “Alamak, itu lubang idung yang dicolok 2 hari sekali, makin gede ajah dah, hahaha”, jawabku.

Cobalah intropeksi diri dengan ritme kerja setiap harinya, bagaimana kita berinteraksi dengan orang-orang yang temui, dan bagaimana juga keseharian kita menjalankan protokol kesehatan.

Jangan pongah dan lengah sama si Kopit ini. Suami saya tereinfeksi dengan kondisi sudah vaksinasi COVID-19 2x. Alhamdulillah, positif yang kedua ini, bergejala lebih ringan dari yang pertama. Lengah sedikit, kumpul, makan siang, dan foto bersama kerabat/kolega, buka masker, siap-siap Korona mengintaimu.

Baca Juga  Agar Tidak Bingung dengan ‘New Normal’

Bosan dengan kondisi yang begini-gini saja selama pandemi, kangen kumpul-kumpul dengan kerabat dan sahabat, dan ngab pakai masker. Sama, saya juga bosan. Tapi, saya lebih bosan lagi kalau bertemu Covidiot (orang-orang yang tidak percaya Covid, yang sabodo teuing sama protokol kesehatan), yang membuat pandemi ini lebih lama lagi.

Siapkan “Senjata” dan Strategi

Menghadapi perang yang musuhnya tidak kelihatan, memang memerlukan senjata+amunisi dan strategi yang khusus. Mengingat ini kejadian yang kedua kalinya, maka yang patut menjadi perhatian adalah gejalanya. Apakah gejala ringan, sedang, berat, atau bahkan tanpa gejala.

Pokoke, ketika badan sudah merasa tidak enak, macam meriang masuk angin, diare, apalagi mulai radang tenggorakan, batuk, pilek, segera gunakan masker meskipun di dalam rumah, bahkan kondisi tidur sekalipun, dan menjaga jarak dengan anggota keluarga lainnya. Syukur-syukur bisa tes Korona, baik Rdt Antigen maupun PCR.

Alhamdulillah, Paksu hanya bergejala ringan, batuk, pilek, sumeng, dan anosmia/hilangnya indera penciuman. Padahal waktu pertama kalinya terkonfirmasi positif pada akhir Oktober 2020, Paksu benar-benar dibuat lunglai dengan batuk, pilek, demam, nyeri di sekujur tubuh, gangguan pencernaan, diare, anosmia, namun saturasi oksigennya masih di atas 95, hingga akhirnya dirujuk untuk dirawat di RS Darurat Covid Wisma Atlit, Kemayoran.

Jadi, jangan lupa menghadapi si Kopit ini perlu mempersenjatai diri dengan alat-alat kesehatan pemantau suhu tubuh (termometer); pengukur saturasi oksigen (oxymeter); dan bahkan tensimeter, pengukur tekanan darah, khawatir stress ataupun tidak kita sadari ternyata hipertensi/hipotensi. Alat kesehatan ini bisa membantu untuk memilih strategi penanganan penderita Covid-19, apakah akan isolasi mandiri (isoman) di rumah atau harus kita rujuk ke RS.

Puji Tuhan, suami saya setelah berobat dan PCR Test di poliklinik kantor juga diberikan obat-obatan dan vitamin untuk perawatan di rumah. Keluarga kamipun memang selalu menyediakan obat-obatan dan vitamin yang kita dapatkan di warung, minimarket, maupun online. Apalagi kondisi pandemi seperti ini, amunisi berupa obat untuk demam, flu, diare, maag, bedak gatal, dan multivitamin anak-anak dan dewasa harus tersedia.

Baca Juga  Perempuan dan Kebebasan Belajar: Berkah Pandemi Covid-19

Melawan Korona ini wajib mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, olahraga yang teratur, istirahat yang cukup, dan tak putus berdoa agar diberi kesehatan dan kemudahan. Kata-kata negatif memang paling ditunggu-tunggu, khususnya yang sedang menanti kelulusan S2 UC, University of COVID-19, hehehe.

Lapor Diri

Hasil PCR sudah terima, segera lapor RT/RW/Puskesmas Kelurahan setempat. Wong bertamu saja 1×24 jam harus lapor RT. Nah ini, sakit Korona sampai 2x, pasti rasanya tidak enak sekali, karena lagi-lagi lapor ke Pak RT.

Lapor diri juga menjadi bukti kejujuran diri sendiri dan parameter empati dari lingkungan sekitarnya. Jangan sampai terlambat mengambil tindakan. Jangan sampai ada anggota keluarga/kerabat/tetangga merana karena korona. Bantu dan hibur sebisanya dengan tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat.

Akhir kata, mengutip pernyataan Dr. Tonang, “Kita bisa melewati badai ini. Syaratnya: Masyarakat Padha Manuta (patuh), dan Pemerintah Padha Menenga (Jaga Pengaruh)”.

Dengan kata lain, pandemi ini bisa dilalui dan di hadapi bersama, jika masyarakat konsisten menjalankan protokol kesehatan dan patuh terhadap aturan yang berlaku. Namun, yang terpenting juga pemerintah tidak mencla-mencle dalam mengeluarkan pernyataan dan aturan yang membingungkan. Semoga tsunami Korona ini segera berlalu.

Bagikan
Comments
  • Enak bacanya, ngalir ceritanya… Barakallah Wi…

    Agustus 7, 2021
  • Dwi Handriyani

    Matur Nuwun, Mas Nasir. Ikutan nulis yuks… Ngeluarin unek-unek… Bwehehehe

    Agustus 10, 2021
Post a Comment